Coretan Neng Dea

Coretan Neng Dea

Senin, 06 April 2015

FREAK TEACHER (FF) Part 2


[ Part 2 ]

Tok Tok Tok...
Pagi-pagi sekali terdengar bunyi sebuah ketukan yang berasal dari pintu depan rumahnya. Aiyu melirik disekitar.
“Mwoya! Sudah pagi ternyata” ia menguap lalu beranjak dari kasurnya.
“Chelsea.. Jesper.. bangun.. pagi nih..” teriak Aiyu sambil melangkahkan kaki ke ruang tamu. Ia pun membuka pintu rumahnya.
“siapa sih pagi-pagi udah namu” Aiyu terus menguap.
Ketika dibuka.... KREK...
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaa” Aiyu teriak
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaa” begitu pun dengan orang yang berdiri didepan rumahnya sangat kaget melihat Aiyu.
Aiyu buru-buru menutup pintu. Dengan panik ia mencoba merapihkan rambutnya.

Tok Tok Tok...
Lelaki itu mengetuk lagi. Setelah merasa cukup rapi, Aiyu membuka pintunya lagi.
Aiyu berdiri tepat dihadapan namja tinggi itu. Ia cemberut saat lelaki itu mulai menertawakannya.
“Ada apa kau kemari?” tanya Aiyu sinis
“Santai saja.. miss berantakan” timpal lelaki itu dengan angkuh.
“Aku tanya sekali lagi... ada perlu apa kau...”
“Halo Aiyu...” tiba-tiba seseorang yang Aiyu kenal datang dari belakang lelaki itu.
“Om Kim???” Aiyu girang. Ia buru-buru menyalami sahabat papanya itu.
“Om apa kabar? Silahkan masuk” Aiyu beramah-tamah. Sikap Aiyu berubah seketika.
“Om sebentar ya Aiyu bawa minum dulu” Aiyu masuk kedalam.

-di kamar-
Aiyu berdiri didepan kaca yang menempel dilemari pakaiannya.
“Dasar pabbo! Memalukan sekali” Aiyu berlari ke kamar mandi dan membersihkan wajahnya. Ia kembali ke ruang tamu dengan membawa minum untuk tamu yang mengunjunginya itu.

“Bagaimana Om sehat?” tanya Aiyu akrab
“Om sehat. Wah kau sudah sangat besar ya. Dulu Om ketemu kamu saat SMP kan?”
“Hehe iya Om sekarang udah kuliah hehe”
“Apa hebatnya masih jadi mahasiswa-_-“ celetuk lelaki yang duduk disamping Om Kim.
“Sttt jangan begitu. Usia kalian tak berbeda jauh kok” tegur Om Kim. Aiyu nyengir terpaksa.
“Om dengar kamu punya dua adik ya? Om sudah lama tak kesini hanya bertemu dengan ayahmu di tempat kerja saja”
“Iya Om, Chelsea dan Jesper namanya. Mereka masih tidur mungkin”
“Aniya...!” dua bocah tiba-tiba menghampiri mereka.
“Wah jagoan-jagoan kecil nya sudah bangun ternyata. Sini nak” Duo kembar itu bersalaman pada Om Kim dan anaknya.
“Kakak ganteng deh, siapa namanya?” usil Chelsea. Aiyu mengedipkan mata bermaksud agar jangan iseng namun Chelsea malah sengaja membuat kakaknya itu kesal.
“Om..om... beli eskrim yuk” ajak chelsea pada anak Om Kim
“Jesper juga mau mainan mobilan om...” Jesper ikut-ikutan merengek
“Ayo sayang, ikut Om yuk”
“Heh mau kau bawa kemana kedua adikku?” tanya Aiyu curiga dengan suara sangat melengking. Semua orang menatapnya.
“Umm.. maksudku.. hati-hati dijalan hehe” Aiyu tertawa garing sendiri
Lelaki itu pergi begitu saja bersama Chelsea dan Jesper.

“Kau tak mengenali anak Om?” tanya Om Kim pada Aiyu yang terlihat cemas
“Oh itu... hmm... sepertinya tidak om hehe” Aiyu bohong
“Dia bilang dia mengajarmu dikelas psikologi, di Jeju university”
“Eoh.. iya om hehe aku lupa hmm soalnya aku belum pernah liat dia atau.. waktu dia mengajar aku lagi bolos atau..” Aiyu mencari-cari alasan.
“Ya sudah lupakan. Om tak akan lama disini, karena pekerjaan masih menunggu Om dikantor. Om hanya menepati janji Om pada Ayahmu. Meskipun Om tak bisa menjagamu 24jam tapi tenang saja, selama Kai masih menjadi dosen di kampusmu. Kau tak perlu sungkan untuk meminta bantuan padanya, ok?”
“Hah? Eh iya om” jawab Aiyu canggung.
“Ini kartu nama Om. Kalau ada apa-apa telfon saja”
“Terima kasih sebelumnya ya Om ^_^”
“Ok sama-sama. Jaga kesehatan ya Yu. Om pergi dulu”
“Iya Om” Aiyu speachless atas kedatangan tamunya dipagi hari. Ia pun sangat tak percaya Chelsea dan Jesper begitu mudahnya akrab dengan orang yang sangat menyebalkan baginya itu.
Setelah mandi rapi, ia bersiap pergi ke kampus namun ia masih menunggu adik-adiknya pulang. Jam menunjukkan pukul 10 dan mereka baru sampai dirumah.
“Kalian... lama sekali!” keluh Aiyu namun kedua adiknya sibuk sendiri dengan mainan yang dibelikan oleh Kai.
“Heh kalian mau kemana? Kakak belum selesai bicara!”
“Kakak pergi saja, kami mau main dirumah. Tapi jangan lama” timpal Jesper yang masih memainkan mobil-mobilan barunya
“Iya Chelsea mau mainan barbie aja, cepetan kakak berangkat” ucap Chelsea seolah mengusirnya
“Ya sudah -_-“ saat Aiyu akan keluar rumah tiba-tiba Kai menarik tangannya.
“Eh... kau...” panggil Kai. Aiyu kaget
“Jangan memasang wajah seperti itu. ikuti aku!”
“Siapa kau berani menyuruhku?” Aiyu melepaskan genggaman Kai
“Pergi bersama atau kau aku skors!” ucap kai lantang
“Waeyo?” Aiyu baru ingat hari ini mata kuliah Kai lagi di kelasnya. Dengan terpaksa Aiyu masuk kedalam mobil Kai.

-di mobil-

“Kenapa kau mengajakku untuk berangkat bersamamu? Bukankah kau sangat membenciku?”
“Apa harus aku paparkan lagi bahwa ini semua adalah perintah dari ayahku!” jawab Kai
Aiyu diam. Kai terus fokus menyetir.

-di depan kampus-

Aiyu bermaksud turun cepat-cepat namun ternyata segerombolan mahasiswi fans Kai sudah berdiri didepan mobilnya.
“Tak percaya orang angkuh sepertimu punya fans yang norak” ceplos Aiyu
“Turunlah!” perintah Kai. Aiyu mencoba membuka pintu mobil dan turun dari sana. Semua mata menatap iri, sinis dan tak suka melihat Aiyu turun dari mobil pak dosen ganteng yang memiliki banyak fans itu.
“Siapa dia?”
“Wanita aneh!”
“Pembantunya mungkin”
Semua berbisik-bisik namun sangat terdengar jelas oleh telinga Aiyu.
Kai buru-buru keluar mobil juga.
“Mohon minggir semua” Kai dengan sangat erat menggenggam tangan Aiyu lalu meninggalkan kerumunan orang-orang disekitar sana.
“Mereka berpacaran?”
“Tak mungkin pak dosen punya pacar orang biasa”
“Sangat mustahil sekali”
Semua orang masih menebak-nebak terhadap apa yang telah dilihatnya.

-saat didekat ruang dosen-
 “Cukup!” teriak Aiyu
“Kenapa kau? Tak mau berterima kasih?”
“Terima kasih apa hah? Gara-gara kau aku dituduh macem-macem!” Aiyu berlari pergi.
Beberapa mahasiswi masih mengikuti mereka berdua, tentu saja mereka itu pengagum rahasia mister Kai.
“Hey! Bisakah kau berbicara lebih sopan pada dosenmu sendiri?” protes seorang fansnya Kai.
“Ya! Kau seperti wanita yang tak tau berterima kasih. Sudah numpang mobil pak dosen malah marah-marah seperti itu!” ujar mahasiswi lainnya.
Aiyu secara tak sadar di bully oleh mereka. Ia tak mampu melawan karena selain badannya kecil, para fansnya Kai berjumlah 5 orang saat itu.

“Kalian tak tahu apa yang telah terjadi! Jadi mundurlah dari hadapanku!” teriak Aiyu. Disayangkan sekali Kai tak melihat perlakuan para penggemarnya itu yang telah melakukan hal tak pantas pada Aiyu karena ia sudah sibuk di kelas lain untuk mengajar.
“Hentikan itu! lepaskan dia!” suara keras lelaki yang datang tiba-tiba membuat para gadis itu bubar
“Kau tak apa-apa?” tanya namja tersebut.
“Nde” ucap Aiyu
“Sehun. Oh Sehun. Kau?” laki-laki itu menyodorkan tangan putihnya.
“Aku Aiyu”
“Mahasiswi baru? Jurusan apa?” tanyanya dan Aiyu mengangguk
“Psikologi. Kau?”
“Sastra. Aku tingkat dua”
“Eoh jinja?” Aiyu menundukkan setengah badannya sebagai tanda menghormati kakak kelasnya.
“Tak perlu seperti itu” Sehun tersenyum manis
“Gomawo”
“Cheonma” balas namja handsome itu.

-di kelas Aiyu-
Ia terlihat melamun sambil sesekali tersenyum. Ia tak sadar bahwa dosennya baru saja masuk kekelasnya. Aiyu masih fokus pada lamunanya sehingga ia tak memperhatikan apa yang diucapkan oleh mister Kai.
“Aiyu!” panggil Dosennya membangunkan khayalannya
“Saya! Saya pak!” semua teman-temannya menyorakinya
“Kau tak memperhatikan?”
“Saya? Memperhatikan kok...”
“Coba jelaskan kembali apa yang sudah saya terangkan tadi!”
Aiyu kebingungan. Teman disampingnya memberikan secarik kertas. Aiyu membacanya dengan menutupkan buku didepannya agar tak diketahui oleh Kai.

-Mata kuliah pun selesai-

“Makasih ya, siapa namamu?” Aiyu mulai mengakrabkan diri pada teman sekelasnya itu.
“Aku Suzy ^_^” jawab gadis itu sangat ramah
“Suzy?” Ia kembali teringat ucapan Kyungsoo beberapa waktu lalu
“Apa kau lulusan SMA 50?”
“Kau tau dari mana? Benar, aku alumni sana”
“OMG. Hahaha akhirnya bisa nemuin kamu juga”
“Hah? Whats wrong?” Suzy bingung
“Salam tuh dari Kyungsoo” Aiyu tertawa kecil. Kedua pipi Suzy tiba-tiba berubah merona.
“Apa dia kuliah disini juga?”
“Kau tak tau?”
“Ani” Suzy menggeleng
“Dia baru masuk juga, jurusan teknik
“Kau punya no telfonnya?”
“Mwo? Kau tak  meminta langsung saja padanya?” Suzy lagi-lagi menggeleng
“Arraseo. Ini” Aiyu memperlihatkan contac nomor Kyungsoo di telpon genggamnya.
“Ah terimakasih Aiyu”
“Bisakah kita tukeran nomor telfon juga?” tanya Aiyu yang mulai merasa bahwa Suzy adalah sosok teman yang baik.
“Tentu ^_^” setelah mereka bertukar nomor hape. Mereka pun pulang ke rumah masing-masing.

-Di jalan-

“Aiyu!” panggil kakak kelasnya yang baru ia kenal tadi pagi
“Hai ^_^” Aiyu terlihat sangat salting
“Pulang sekarang?”
“Umm sepertinya aku akan ke perpustakaan dulu”
“Mau ikut ke toko buku?”
“Dimana, oppa?”
“Tak jauh kok, bagaimana?” Aiyu mengangguk malu. Sehun pun membonceng gadis cantik itu sampai ke toko buku langganannya.

-Di toko buku-

“Oppa! Kau sering kesini?”
“Ya terkadang, setelah masuk kuliah sih dulu jarang”
Mereka mulai melihat-lihat buku. Saat asyik-asyiknya memilih-milih buku Aiyu tak sengaja menubruk seseorang.
“Mianhae Eonie” terlihat buku yang sedang dipegang wanita itu jatuh berserakan karena Aiyu yang ceroboh.
“Gwaenchana” jawabnya sambil membereskan buku. Aiyu ikut membantu merapikan dan tak sengaja ia lihat judul-judul buku tersebut.
“Eon jurusan psikologi juga?” wanita itu tersenyum lalu mengangguk
“Saya Aiyu tingkat 1, eon?” Aiyu menjulurkan tangan kanannya. sementara itu Sehun sibuk mencari dirinya dan saat melihat Aiyu bersama seorang wanita , ia memanggilnya dan berjalan kearah mereka.
“Ahjumma” panggil Sehun pada wanita itu.
“Ah sehun! Kebiasaan kau ini! panggil Tae saja”
“Kalian...” Aiyu hanya bengong
“Dia ini tanteku, namanya Taeyeon noona” jelas Sehun pada Aiyu
“Oh hai eon ^_^”
“Dia itu salah satu dosen magang di kampus kita”
“Eoh? Benarkah eon?”
“Ya saya dosen psikologi”
“Apa?????” Muka Aiyu tiba-tiba terlihat sangat malu dan berwarna pink seperti kepiting rebus
“Kau kenapa, Yu?”
“Aniya. Mian Eon... aku kira kau tadi salah satu mahasiswi juga”
“Tak apa-apa... muridku ^_^”
Wanita itu tersenyum seolah menyembunyikan sesuatu. Aiyu hanya bisa tersenyum sambil menggaruk-garuk kepalanya yang memang tak gatal.


to be continued...

Minggu, 05 April 2015

FREAK TEACHER (FF) Part 1



Genre: Imaginasi, romance, comedy, love, friendly
[Fun fiction semi korean]


Cast:
Aiyu (Lee Jieun) = 18 years old
Kai (Kim Jongin) = 21 years old
Taeyeon = 23 years old
Sehun = 19 years old
Kyungsoo = 18 years old
Suzy = 18 years old


[ PART 1 ]

Tik tok tik tok
“aaaaaaaaaaaaaaaa” jerit Aiyu saat melihat jam dinding dikamarnya.
“Aigo... mama.... kenapa ngga bangunin Aiyu...” ucapnya sambil mendengus kesal. Ia lari kekamar mandi, bukan untuk membersihkan tubuhnya akan tetapi hanya membasuh wajahnya saja.
“ini hari pertama masuk kuliah, ngga boleh sampe telat. Parfum mana.... duh..” saat sedang tergesa-gesa tiba-tiba telfon rumahnya berdering keras.
“sebentar... astaga lagi buru-buru gini malah bunyi tuh telfon”
Selesai memakai seragam dan menguncir rambutnya, Aiyu pun keluar kamarnya dan mengangkat telfon yang dari tadi terus berbunyi.
“iyaa halo.. siapa ini?”
“ini mama... yu... mama udah hampir sampai di rumah grandma”
“what??????” Aiyu melongo.
“grandma mu sakit keras, mama tadi pagi di telfon kakekmu jadi mama langsung kesini sama papa”
“tapi ma.....”
“mama nitip adekmu ya”
“hah? Jesper sama Chelsea ngga dibawa???”
“ngga mereka tadi masih tidur mana mungkin mama tega bangunin mereka”
“ta...tapi ma...”
“udah ya.. pulsa mama mau abis nih, nanti ditelfon lagi” tut..........
“Umma.......” Aiyu cuma bisa cemberut lalu menutup gagang telfonnya.
“mama....mama.... huwaaaaaaaaaaaaa.....” suara tangisan Jesper dan Chelsea membuat Aiyu makin kesal.
“apa yang harus aku lakuin ya tuhan.... dua makhluk kecil itu.....” Aiyu berjalan kearah kamar kedua adiknya.
“kalian kenapa...?”
“mama mana kak?” tanya Chelsea.
“mama...mama.... huweeeee” Jesper terus nangis.
“stop!!! Berisik!” suasana tiba-tiba hening.
“hmm.. kakak...”
“Huweeeeeeeeeeee” Chelsea dan Jesper menangis kencang.
“aduh udah dek.... “Aiyu mencoba menenangkan kedua adiknya tapi mereka tetap menangis.
“adik-adik.. stop dulu ya nangisnya please.... kakak harus berangkat kuliah dan ini hari pertama kakak masuk jadi....”
“mau eskrim....” teriak chelsea sambil terus menangis
“tapi ini masih pagi dek.. umm.. oke oke kakak beliin eskrim nanti udah pulang kuliah ya.. jadi sekarang kalian diem jangan nangis terus please...” Aiyu memohon-mohon
“janji?” tanya Jesper dan langsung berhenti nangis.
“ne ^_^” Aiyu mulai meninggalkan tempat itu.
“terus kalo kakak pergi, kita dirumah sama siapa? Hiks” tanya Jesper
“astaga lupa aku huft... kalian sama tetangga sebelah dulu aja ya”
“kita ngga mau main sama mereka, mereka nakal!” ujar Chelsea
“masa iya ni dua bocah aku bawa ke kampus kan ngga lucu-_-“ pikirnya dalam hati
“kita ikut kakak aja!” kompak Chelsea dan Jesper
“A........niyaaaaa!” sekeras apapun Aiyu nolak tapi akhirnya dua adiknya itu tetep keukeuh ikut ke kampus barunya.

-Di kampus-

Aiyu melihat jam ditangan kirinya. Ia berjalan menuju koridor kelasnya sambil menggandeng dua adiknya yang masih berusia 4 tahun itu.
“Omo udah pukul 11 bagaimana ini” Aiyu kebingungan mencari teman sekelasnya karena tak ada satu pun yang menjadi teman dekatnya semenjak masa orientasi siswa.
Di arah lain terlihat seorang namja dengan headset ditelinga kirinya. Ia menatap Aiyu.
“Hei! Yu! Aiyu! Yuyu!” panggilnya semangat.
Dia adalah Kyungsoo. Mahasiswa jurusan teknik. Ia memang sangat dekat dengan Aiyu selain jarak rumah mereka yang berdampingan, saat MOS pun mereka selalu kompak bersama-sama walau tak satu jurusan.
“mati aku... kenapa dia bisa nemuin aku disini” Aiyu menutup mukanya dengan satu tangan.
“hahaha ngapain kamu bawa dua anak kucing kesini eh.. dua adek mu” tanya lelaki itu langsung membuat Chelsea dan Jesper manyun.
“eommaku pergi sama appa juga. Mereka malah ninggalin nih dua kutu sama aku huft “ Aiyu cemberut.
“terus kamu mau masuk kelas bawa mereka juga? Hahaha”
Aiyu menatap mata Kyungsoo dalam-dalam sambil tersenyum seolah memikirkan sesuatu.
“Aniyo.. Yu , jangan bilang kamu mau..” Kyungsoo berusaha menghindar.
“please....” mata Aiyu memelas.
Dengan sangat terpaksa Kyungsoo pun menggandeng tangan kecil kedua adik Aiyu. Sementara itu Aiyu sibuk mencari kelasnya.
“titip adek-adek ku ya Kyung...” ucapnya sambil berlalu.
Setelah lama mencari kelasnya, akhirnya ia pun menemukan sebuah kelas dengan tulisan jurusan psikologi.

-di dalam kelas-

“berisik amat, dosennya belom dateng apa?” tanyanya pada diri sendiri.
Ia merasa teman-temannya menatap dirinya dengan sangat aneh. Aiyu pun duduk dikursi barisan ketiga dari depan. Ia menaruh tas kecilnya dimeja dan tiba-tiba suasana mulai sepi.
“sttt ada dosen..”
“dosen datang..”
Terdengar suara teman-temannya yang mulai panik karena dosen sudah datang.
“selamat siang!” ucap seorang dosen ganteng yang baru saja masuk kelas.
“siang pak...” jawab semua mahasiswa.
 “perkenalkan nama saya Kim Jongin kalian bisa panggil saya Kai, disini saya mengajar mata kuliah kepribadian” jelas dosen tersebut.
Semua mahasiswa memperhatikan dosen itu dengan muka yang berseri-seri kecuali anak laki-laki dan Aiyu.
“hey kamu!” suara keras dosen itu mengagetkan Aiyu yang sedang sibuk mengeliuarkan buku dari tasnya.
“sa..saya pak?” respon Aiyu dengan polos.
“Ya kamu! Kenapa pakai seragam SMA mu kesini?”
“belum bayaran kali pak hahaha...”
“bajunya belum pada dicuci hahaha...”
Ejekan teman-temannya membuat Aiyu kesal.
“eh enak aja bukan... saya pakai seragam karena waktu itu ada yang SMS saya katanya hari pertama harus pakai seragam ya udah..”
“sejak kapan kampus ini memberlakukan peraturan begitu?”
“ni dosen ribet amat sih ngurusin pakaian mahasiswanya apa banget deh huft” kata Aiyu dalam hati.
“saya minta maaf pak” suara kecil Aiyu membuat semua teman-temannya tertawa lalu tak disangka dosen itu malah marah.
“siapa yang menyuruh kalian mentertawakan dia?” ujar Kai
Semuanya diam. Pembelajaran pun berlangsung sampai pukul  12.

-saat semua mahasiswa telah keluar ruangan-
“kau! Ikut saya ke ruang dosen!”
“hah? Saya...? tapi pak...” Aiyu bingung apa yang akan dosen itu katakan padanya.

-di ruang dosen-

“permisi...” Aiyu melangkah masuk ke ruangan dosen.
“masuk!” jawab seseorang didalam ruangan itu.
“saya...Aiyu pak..”
“saya tau!” jawab Kai dengan cuek
“ada apa ya pak? Apa saya dihukum karena memakai seragam ini?”
“duduk dulu!”
“baik pak”
“kamu anaknya Lee minhyuk kan?”
“hah kok bapak tau?” Aiyu kaget dari mana dosen itu bisa sampai tau detail nama ayahnya.
“kau tau... aku mengenal hal yang tak penting  ini karena ayahku Kim taeoh menitipkanmu beserta dua adikmu padaku! Dan ini semua terasa membebaniku dan sangat menggangguku!”
Dosen itu mengungkapkan semuanya dan akhirnya Aiyu mengerti bahwa ternyata Kai adalah anak dari teman papa nya.
“Om Kim? Om Kim taeoh? Apa benar kau anaknya? tapi kau...kenapa bisa menjadi dosen..?”
“jangan heran, walau usia kita hanya berbeda tiga tahun tapi kehidupanku dan kau itu sangat jauh berbeda. Kau hanya mahasiswa awal dan aku dosen”
“aku tau tapi..”
“aku mengatakan semua ini hanya agar kau mengerti kalau sebenarnya aku tak menyukai keadaan ini”
“eomma dan appa hanya pergi sebentar kenapa mereka menitipkanku padamu?”
“hah sebentar apa? Ayahku bilang mereka pergi ke luar negeri untuk pengobatan grandma mu!”
“jinja?” tanya Aiyu dengan nada sungguh tak percaya
“sekarang menjauhlah dariku dan urus hidupmu beserta adik-adikmu sendiri!” ucap Kai menusuk hati Aiyu.
“jadi.. kau memanggilku hanya untuk mengatakan ini hah?” Aiyu mulai tertantang untuk melawan sikap cueknya Kai.
“bersikaplah seperti mahasiswa lainnya!”
“kau kira setelah kau bersikap begini padaku, aku mau bersikap manis seperti mahasiswa lainnya? Hah.. jangan harap, sir..” Aiyu pergi dengan emosi.
“kau... Aiyu!” teriak Kai.

-di taman-
Kyungsoo masih terlihat menemani kedua adiknya bermain. Aiyu menghampiri mereka dengan muka sangat kacau.
“kenapa kau? Habis kalah lotre ya? Hahaha”
“jangan bilang yang SMS suruh aku pakai baju seragam ini adalah kau?” tuduh Aiyu pada Kyungsoo.
“hehehe” tetangganya itu hanya tertawa garing.
“Kyungsoo..........!!!” Aiyu mencubit lengan Kyungsoo.
“mianhae yu... aku pikir kau akan lucu memakai seragam SMA ke kampus”
“kau senang aku ditertawakan teman sekelas hah?”
“jangan diambil hati yu hehehe”
“tau ah!” hari ini Aiyu sangat kesal pada Kyungsoo juga Kai.
“oke sebagai gantinya, aku traktir kau, jesper, chelsea makan eskrim, gimana?”
“mauuu...mau om..” Jesper dan Chelsea girang
“tuh adik-adikmu aja mau, gimana nih kakaknya? Jangan bete lagi ya ya ya..”

-mereka pun pergi ketempat penjual eskrim yang terkenal disekitar daerah mereka-
“cepet abisin dek.. kakak pengen pulang” ucap Aiyu masih terlihat badmood
“yu, kau kenal suzy?”
“siapa dia?”
“masa ngga tau -_- dia anak psikologi juga seangkatan sama kamu”
“sejak kapan aku akrab sama semua teman sekelasku?-_-“
“dasar aneh-_-“
“apa kau bilang heh?-_-“
“ah aniya hehe, kalau ketemu dia bilangin salam dari cowok tampan ya”
“tampan dari mananya huh-_-“

-dirumah Aiyu-

Setelah selesai mengacak-acak mainan, Jesper dan Chelsea tertidur lelap diruang tamu. Aiyu merasa kasihan juga melihat kedua adiknya itu. jika benar orang tuanya akan pergi lama, maka Aiyu yang harus bertanggung jawab atas kedua adiknya yang masih kecil tersebut.

* From Aiyu
Ma, ini Aiyu... hari ini Aiyu pertama masuk kuliah. Aiyu bawa Jesper dan Chelsea ke kampus karena mereka nggak mau main sama tetangga sebelah padahal di kampus juga mereka main sama Kyungsoo, kakaknya michele tetangga sebelah itu -_-

Aiyu mengirimkan pesan singkat pada Eommanya.

* From Eomma
Mianhaeyo chagi, mama lupa hari ini kau kuliah J  jadilah kakak yang baik untuk kedua adik kembarmu ya sayang...

“apa-apaan ini mama kok cara bilangnya kyak mau perpisahan aja-_-“

* From Aiyu
Ma, apa benar kalian menitipkanku ke om Kim?

* From Eomma
Ya. Mama sengaja menghubungi Om Kim untuk menjaga kau beserta kedua adikmu. Dia adalah sahabat baik Ayahmu sejak dulu. Kebetulan anaknya yang baru selesai kuliah dari luar negeri sekarang mengajar jadi dosen disini. Kalian yang akur ya. Mama berencana membawa Grandma mu ke singapore untuk pengobatan lebih serius. Mama sayang kalian. Saranghae J



to be continued...

Sabtu, 22 Juni 2013

Secercah Mimpi Bunda (cerpen)


Secercah Mimpi Bunda


“Apaan mau jadi penulis novel? Memangnya nggak ada kerjaan yang gajinya bisa lebih dari itu ya?” ucap Ayah saat mendengar percakapan antara ibu dan anak yang sedang berada di ruang tamu.
“Maksudnya bukan pekerjaan tetap Ayah... itu kan hanya sekedar hobi aja yah... kalau emang berhasil sih..”
“Mau di lanjutkan? Inget.. Tiga tahun lagi kamu bakal menyandang gelar sebagai sarjana hukum bukan sebagai sarjana novel. Jadi fokus belajar!!” Ayah pun pergi karena tak mau lama-lama berdebat dengan anaknya itu. Bunda hanya bisa menenangkan anak semata wayangnya itu dengan membelai rambutnya sambil terus mengucapkan sudah..sabar..sabar..nak,
            Mutiara Putri atau yang lebih sering disebut Mutie adalah anak satu-satunya dalam keluarga itu. Sebagai anak tunggal, Ayah merasa khawatir pada kehidupannya kelak oleh sebab itu ayah selalu mengatur hidupnya dengan alasan agar tak salah jalan dan sebagainya. Berbeda dengan sifat Ayahnya, Bunda malah mendukung penuh niat baik gadis itu untuk menjadi seorang penulis.
“Asal kan pendidikan mu jangan sampai terabaikan ya..” nasihat Bunda selalu terngiang di telinganya. Mutie mengangguk dan tersenyum tanda setuju.
            Sebagai seorang mahasiswi semester dua, ia masih sibuk mencari jati dirinya. Masuk universitas usulan sang Ayah membuatnya menjadi kalut. Bayangkan saja, ia senang dengan hal-hal yang berhubungan dengan puisi dan prosa namun Ayah malah dengan sengaja mendaftarkan dirinya ke fakultas hukum yang sama sekali tak menarik minatnya sedikitpun. Namun apa boleh buat selama setahun ini ia mendalami semua pasal-pasal juga undang-undang meskipun sempat terbesit di dalam benaknya untuk pindah jurusan.
***

            Suatu ketika ada informasi beasiswa di kampusnya.
“Hah? Nggak salah nih? Yang menang beasiswa bisa pindah jurusan sesuai yang di inginkan? Dan gratis biaya selama empat semester?”
“Pengumuman beasiswa yang aneh.. Masih kepengen pindah mut?” Mutie tersenyum malu seolah menyembunyikan sesuatu di hatinya saat Dhea, teman kampusnya bertanya.
“Yang penting Ayah jangan sampai tahu kalau aku pindah toh aku kan masih kuliah di universitas ini” ujarnya.
“Bukannya selama setahun kita kuliah di sini kamu belum pernah buat karya ilmiah?”
“Iya juga sih selama ini cuma pasal-pasal aja yang nempel di pikiran kita. Mata kuliah bahasa indonesia aja jarang tuh nyuruh bikin makalah. Hufh... harus mulai ke perpus nih” Mutie berjalan melewati beberapa koridor dengan penuh semangat.
***
“Pokoknya nanti kalau Mutie masuk jurusan itu, Mutie janji nggak akan ngecewain bunda deh.. Mutie akan belajar dengan serius dan bunda nggak usah biayain Mutie.. kalau beasiswanya udah abis, Mutie nanti mau cari uang sendiri dari hasil penjualan novel pertama Mutie”
“Memangnya Novelmu udah terbit?”
“Belum sih.. masih dalam proses penyelesaian... minta doanya ya Bun..”
            Untungnya saat mengobrol, tak terlihat Ayah berada di dalam rumah jadi mereka lebih leluasa membicarakan hal tersebut.
***
Betapa terpukulnya hati Mutie, ia tak mampu mengungkapkan kekesalan yang bergejolak didalam dadanya. Cita-citanya yang ia pupuk semenjak masih duduk dibangku SMA kini telah pupus tak dapat lagi ia raih. Mendapat beasiswa dengan nilai karya ilmiahnya yang tinggi, tak lagi membuat semangatnya muncul saat ia mendengar kabar bahwa ia di terima di jurusan sastra indonesia.
 Kini angan-angan itu harus ia tunda dahulu. Memang, dokter tak menyebutkan kapan kakinya bisa pulih kembali tapi sepertinya itu akan menjadi sedikit penghalang untuk dirinya bisa beraktifitas seperti biasa.
Ini adalah hari terakhir dirinya di rumah sakit setelah satu minggu ia di rawat karena kecelakaan motor yang mengakibatkan kakinya tak lagi berfungsi dengan baik. Kini hanya kursi roda yang setia menemaninya kemana-mana meski untuk sekarang ini ia lebih senang menyendiri di dalam kamarnya dengan laptop sebagai penghiburnya. Keadaannya yang kini tak memungkinkan untuk menimba ilmu di bangku kuliah justru ia manfaatkan waktu-waktu tersebut untuk meneruskan hobinya untuk menulis.
***
“Ayah bilang juga apa? Nggak usah lah sok ngirim-ngirim tulisanmu ke media cetak segala. Sekarang lihat kamu begini gara-gara hobimu itu kan?” seperti biasa, setelah mengomel, Ayah selalu pergi tanpa pamit.
            Ya... beberapa waktu yang lalu ketika Mutie menjalankan sepeda motornya dalam perjalanan menuju sebuah kantor penerbit dan percetakan buku ia terserempet oleh motor lain sehingga terjadilah tabrakan. Tapi ini bukan sepenuhnya kesalahannya. Itu hanya musibah. Musibah yang tak pernah ia tahu.
            Bunda menghampirinya dengan senyum yang selalu melegakan hati Mutie.
“Jangan patah semangat ya sayang.. lakukan apa yang ingin kamu lakukan.. jangan sampai.. kamu menyesal nantinya”
“Maksud Bunda?” Dari sorot mata perempuan empat puluh tahun an itu, Mutie menangkap ada sesuatu yang belum pernah diungkapkan Bunda terhadapnya.
“Dulu Bunda pernah punya cita-cita seperti kamu nak.. tapi semua Bunda kubur dengan terpaksa karena saat menikah dengan Ayahmu, dia melarang Bunda meneruskan hobi Bunda itu...dan akhirnya penyesalan itu terus berlanjut sampai di hari ini. Bunda senang melihat bakat Bunda yang secara tak sengaja menurun padamu tapi di sisi lain Bunda tak tahu harus bagaimana. Bunda hanya bisa mendoakanmu agar Ayah tak memperlakukanmu lagi seperti beberapa waktu terakhir ini. Dan Bunda yakin kamu bisa menggapai cita-citamu nak.. Doa Bunda akan selalu mengalir untukmu”
            “Jadi... dulu Bunda juga senang menulis seperti Mutie?”
            “Ya... Ayahmu baru mengetahui hobi Bunda setelah setahun kami menikah dan ia benar-benar tak suka”
            “Kenapa Bunda? Apa gara-gara gaji seorang penulis yang sangat kecil?”
            “Bukan Mut, itu hanya alibinya saja. Sebenarnya Ayahmu bersikap seperti itu karena beliau tak mau kehilangan Bunda” Mutie diam saja, Bunda pun melanjutkan ucapannya.
            “Ayah punya anggapan dahulu Bunda lebih mementingkan naskah-naskah yang Bunda tulis dibanding dengan keluarga padahal tidak seperti itu. Seringnya Ayahmu melihat Bunda mengetik di komputer lama Bunda yang kini entah ada dimana keberadaannya, ia jadi merasa kalau Bunda tak peduli lagi terhadap Ayahmu karena sepulangnya dari kantor, Ayah selalu melihat Bunda hanya mengetik dan mengetik terus”
            “Jadi karena alasan itu sampai saat ini Ayah yang sangat aku hormati masih tak setuju dengan pilihanku untuk meneruskan hobiku ini” gumam Mutie. Tak berapa lama kemudian ia melihat sosok wanita di hadapannya itu meneteskan air matanya. Mutie tak bisa menyembunyikan perasaan kecewanya terhadap Ayah.
            “Jangan pernah membenci Ayah ya... kamu harus yakinkan Ayah bahwa kalau kamu jadi penulis nanti, kamu tak akan pernah mengabaikannya”
            “Bun,,”
            “Teruskan lah mimpi Bunda sewaktu muda dulu. Bunda sangat menaruh harapan pada kamu Mut,”  Mutie refleks memeluk Bundanya dengan penuh cinta.
            “Bunda akan terus mendoakan Mutie?”
            “Selalu... sayang”
***
Beberapa minggu kemudian rumahnya di datangi seorang petugas dari kantor pos. Sebuah paket kiriman dari penerbit buku. Mutie membukanya perlahan. Nama dirinya tertulis jelas di cover depan.
“Siapa yang ngirim? Waktu itu kan aku nggak sempat sampai di kantor penerbit nya.. apakah...?” dengan teriakannya yang keras ia memanggil-manggil nama orang yang telah mengandungnya selama sembilan bulan itu.
“Bunda nggak ada waktu untuk mengirimkan naskahmu ke penerbit” jawab Bunda saat disinggung mengenai novelnya yang kini ia genggam.
“Lha.. terus... siapa?”
Suara motor Ayah yang baru saja di parkirkan di depan rumah mereka membuat Mutie juga Bunda segera menghampiri sosok laki-laki itu.
            “Ayah... Mutie sayang banget sama Ayah...” ingin rasanya Mutie beranjak dari kursi rodanya itu tapi ia belum bisa berjalan lagi.
            “Ada apa nih kok tumben bilang gitu sama Ayah?”
            “Mutie harus tahu dari mulut Ayah langsung. Kenapa kok Ayah jadi luluh padahal kemarin-kemarin tuh Ayah tetep ngotot nggak mau lihat anaknya jadi penulis”
            “Ayah menyesal waktu dulu pernah bersikap seperti itu juga pada ibumu jadi Ayah nggak mau mengulang kesalahan yang sama lagi. Kamu tahu, Ayah melakukan ini karena secara diam-diam Ayah sering melihat ibumu tak hentinya berdoa dan menangis untukmu di kamar setelah kecelakaan itu terjadi dan Ayah pun berinisiatif mengirimkan tulisanmu itu”
            “Lihat ini yah..” ucap Mutie sambil menyodorkan buku novel pertamanya.
“Mulai sekarang hiduplah sesuai apa yang kamu inginkan, kami berdua tak akan melarang kamu”
“Makasih Ayah.. Makasih Bunda.. Mutie janji pilihan Mutie ini tak akan pernah mengecewakan siapapun..” mereka bertiga pun larut dalam dekapan kasih sayang layaknya keluarga yang utuh.
***
Dua bulan berlalu. Mutie akhirnya sembuh dan dapat beraktifitas kembali. Kini dengan statusnya yang terdaftar sebagai mahasiswi jurusan sastra indonesia, ia tetap berniat untuk mengembangkan minat serta bakatnya dalam hal menulis. Itu semua tentunya tak lepas dari doa sang Bunda yang selalu setia mendukungnya hingga Ayah pun yang awal mulanya bersikap keras menentang hobinya itu menjadi luluh karena doa yang tak henti mengalir dari Ibundanya. Mutie sangat senang bisa merealisasikan apa yang selama ini menjadi mimpi sang Bunda. Dan impian itu kini ada pada diri putri semata wayangnya. Menjadi seorang Penulis.
***



Biodata:
Yanfa An Nury adalah nama pena dari Dea Nuryanti. Perempuan yang kini masih menuntut ilmu di Universitas Islam Nusantara Bandung ini, lahir pada tanggal 18 juli 1991. Gadis yang sangat menyukai K-pop dan K-drama ini dapat dihubungi melalui FB dheya.chubbyz@facebook.com atau follow Twitter @adzadheniez . Gomawo... (Terima kasih)  J